FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIDAKSEIMBANGAN (DISEQUILIBRIUM) NERACA PEMBAYARAN (BOP) INDONESIA

Balance of payments manual (BPM) menurut IMF (1993) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang atau jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain untuk suatu periode waktu tertentu.
BOP memiliki dua komponen utama yaitu :

1. Current Account ( Neraca Berjalan )
Terdiri dari transaksi impor dan ekpor barang dan jasa. Pada Current Account, ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara. Sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan” atau mengeluarkan devisa dari negara. Selain ekspor dan impor, transaksi lain yang termasuk dalam current account adalah penyebab faktor (faktor payment) dan unilateral transfer.

2. Financial Account (Capital Finance Account)
Merupakan pencatat transaksi aset financial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional, ini mencakup pencatatan akan FDI (Foreign Direct Investment/penanam modal asing/PMA), pembayaran deviden, cicilan utang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham dan lain sebagainya.
Dua fitur utama Financial Account yaitu Capital Inflow dan Capital outflow. Capital inflow merupakan dana atau modal yang masuk kedalam suatu negara (dicatat sebagai kredit), misalnya melalui investasi asing (FDI), pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya. Capital Outflow merupakan dana atau modal yang keluar dari suatu negara (dicatat sebagai debit), misalnya ada swasta atau masyarakat yang melakukan investasi (baik FDI maupun pembelian saham dan surat berharga lainnya) di luar negeri, pembayaran cicilan utang luar negeri, pembayaran bunga atas hutang luar negeri.

Devisit dan surplus pada Current Account
Ada beberapa kondisi yang mungkin dialami negara ketika current accountnya mengalami defisit :
1. Konsumsi melebihi jumlah yang mampu diproduksi. Kondisi ini dalam jangka panjang akan membahayakan perekonomian karena defisit yang terjadi cenderung ditutupi dengan hutang luar negeri maupun penjualan aset keluar negeri, yang akan membutuhkan “pembayaran” di masa yang akan datang.
2. Menurunnya “kompetitive advantage” produk suatu negara di negara lain. Hal ini biasanya disebabkan oleh harga yang lebih mahal. Harga yang lebih mahal membuat produk domestik kurang menarik bagi konsumen di negara lain. Ini terutama sering dikaitkan dengan kurs tukar yang terlalu kuat akan mengakibatkan harga produk suatu negara menjadi relatif mahal di luar negeri, sehingga konsumen luar negeri menjadi enggan untuk membeli.

Jenis – jenis dan Penyebab Disequilibrium
Meskipun secara teoritis Bop harus berada pada kondisi nol (equilibrium), namun pada kenyataannya ini seringkali tidak tercapai. Ada tiga jenis dan penyebab disequilibrium pada Bop:
1. Cyclical diequilibrium. Ada dua hal yang dapat menyebabkanini. Pertama, siklus bisnis/ekonomi yang berbeda antar negara. Kedua, negara-negara memiliki elastisitas permintaan pendapatan (income elasticity of demand) dan/atau elastisitas permintaan harga (price elasticity of demand) yang berbeda.

2. Secular disequilibrium. Merupakan disequilibrium jangka panjang pada Bop, terjadi karena perubahan ekonomi yang mendalam selama jangka panjang waktu yang cukup lama. Perubahan ekonomi ini biasanya di sebabkan adanya fase perpindahan dari satu tahap pertumbuhan ke tahap yang lain. Negara pada tahap pertumbuhan cenderung melakukan investasi domestik > tabungan domestik, dan impor > ekspor. Defisit Bop disini terjadi karena tidak ada dana untuk menutupi surplus impor.

3. Structural diequilibrium. Ini terbagi menjadi dua:
• Disequilibrium pada level barang dan jasa. Terjadi ketika perubahan permintaan atau penawaran terhadap ekspor ataupun impor merubah kondisi equilibrium yang telah ada. Bisa juga terjadi ketika pendapatan banyak dihabiskan di luar negeri.
• Disequlibrium pada level faktor (harga faktor). Terjadi ketika harga faktor (misalnya tenaga kerja) tidak sesuai dengan kondisi faktor endowment di suatu negara. Misalnya jika upah tenaga terlalu tinggi, maka perusahaan akan cenderung mencari negara lain untuk berproduksi, tentunya yang biaya tenaga kerjanya lebih murah. Atau,impor akan barang/jasa yang membutuhkan banyak tenaga kerja seandainya di produksi didalam negeri akan di perbanyak. Ini akan mengakibatkan defisit pada Bop dan pengangguran di dalam negeri.

Kebijakan untuk Mengurangi Defisit Bo
p
1. Devaluasi, yaitu dengan menurunkan kurs tukar. penurunan kurs tukar berarti harga barang ekspor akan lebih murah bagi konsumen luar negeri (karena kurs tukar kita lemah), dan sebaliknya harga barang impor akan menjadi mahal bagi konsumen dalam negeri. Ini akan mendorong ekspor dan menurunkan impor, sehingga pada akhirnya dapat memperbaiki defisit pada BOP.
2. Deflasi, yaitu dengan menurunkan tingkat harga umum (deflasi terjadi ketika tingkat inflasi adalah minus). Dengan tujuan untuk menurunkan permintaan agregat, pemerintah akan menaikan pajak atau suku bunga.
3. Kebijakan supply side, yaitu kebijakan dari sisi penawaran dalam suatu perekonomian. Caranya adalah dengan memanipulasi sisi penawaran (produksi) sehangga dalam jangka panjang akan meningkatkan kekompotifan ekonomi dan ekspor negara.
4. Proteksionisme. Misalnya dengan menaikkan tarif/cukai, memberlakukan kuota, persyaratan impor yang ketat, syrat kandungan impor. Intinya adalah untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak negatifnya, Kebijakan ini dapat menghambat produksi dalam negeri sehingga potensi eksporikut turun.Selain itu, industri lokal mungkin menjadi kurang kompetitif karena diproteksi.

Faktor – faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan neraca pembayaran dilihat dari sudut pandang pemasukan negara salah satunya adalah pertanian. Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Walaupun relative contribution sektor pertanian dalam perekonomian diukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional tahun demi tahun kian mengecil, hal itu bukanlah berarti nilai dan peranannya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat kecuali itu, peranan sektor ini dalam menerap tenaga kerjatetap terpenting. Mayoritas penduduk indonesia, yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini nmasih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian.
Transformasi struktural perekonomian indonesia menuju ke corak yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris, bank dunia menunjukan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian. Selain menyedian kebutuhan panganbagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga meruakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasilan devisa.
Itulah mengapa ketidak stabilan neraca pembayaran juga dipengaruhi dari sektor pertanian. Jika sektor pertanian tidak mendukung pemasukan bagi negara, maka pengaruh yang negatif akan terjadi pada neraca pembayaran tiap negara, terutama bagi Indonesia yang termasuk negara sedang berkembang denagn kemampuan agraris.
Salah satu faktor lain yang memepngaruhi keseimbangan Neraca Pembayaran dari segi pemasukan adalah faktor sektor Industri. Istila industri mempunyai 2 arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menjuju kemajua. Produk-produk industrial selalu memiliki “dasar tukar” yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memilki variasi produk yanmg sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tingi kepada pemakainya. Pelaku (produsen, penyalur, pedagang, dan investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik.
Kedua, industri dapat merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yangmengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat elektrikal, masinal, atau bahan manual.
Istilah industri akan digunakan untuk kedua pengertian tadi. Untuk yang pertama, industri dalam arti himpunan-himpunan perusahaan sejenis, kata industri akan selalu dirangkai dengan kata yang menerangkan jenis industrinya. Sedangkan untuk yang kedua,istilah sektor industri maksudnya adalah sektor industri pengolahan, yakni sebagai salah satu sektor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekaan produksi.
Itulah mengapa ketidak stabilan neraca pembayaran juga dipengaruhi dari sektor industri. Jika sektor industri yang berhubungan langsung denagn ekspor dan impor tidak mendukung pemasukan bagi negara, maka akan pengaruh juga yang negatif terjadi pada neraca pembayaran negara. Atau jika terjadi lebih besar impor barang industri daripada yang di ekspor ke luar negeri. Tentunya kita akan kehilangan banyak devisa dan akibatnya neraca pembayaran akan tidak seimbang.

0 comments:

Post a Comment